NKRIKU, Kenaikan harga minyak dunia berdampak terhadap makin tingginya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, terutama untuk jenis BBM Umum yang memang tidak disubsidi oleh Pemerintah.
Tercatat pada Senin (14/3/2022), harga minyak jenis brent berada di level USD111 per barel. Angka tersebut menunjukkan penurunan 48 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sementara minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 2 persen menjadi USD107,14 per barel.
Pemerintah sendiri telah menyesuaikan harga BBM sesuai jenis dan peruntukannya. Hal itu sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014. Pertama ialah BBM Jenis Tertentu (JBT) yang memang mendapatkan subsidi yaitu minyak tanah dan solar subsidi. Kedua, BBM Jenis Khusus Penugasan (JBKP) yaitu BBM RON mininal 88. Kemudian yang ketiga, BBM Umum, yakni diluar ke dua jenis BBM tersebut seperti Pertamax Series, Dexlite dan Pertamina Dex.
baca juga:
Adapun formula dan harga BBM Umum mengacu kepada Keputusan Menteri (KepMen) ESDM Nomor 62 Tahun 2020, yang menyebutkan bahwa harga BBM ditetapkan oleh Badan Usaha dengan acuan harga rata-rata MOPS/Argus yang pastinya mengikuti harga minyak dunia.
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai aturan pemerintah mengenai ketentuan harga BBM yang menyebabkan BBM Umum cendrung fluktuatif dan mengikuti harga minyak dunia, terlebih kondisi ekonomi dan harga komoditas global yang sedang tidak menentu. Untuk itu Mamit mengajak masyarakat kembali menghemat penggunaan BBM.
“Seiring dengan mulai tumbuhnya roda perekonomian pasca-pandemi kemarin, dimana mobilitas masyarakat sudah mulai masif dan kebutuhan akan BBM mulai meningkat, tapi disisi lain harga BBM mengalami lonjakan yang cukup signifikan dan pastinya akan berdampak terhadap beban keuangan,” kata Mamit Setiawan dalam keterangan tertulis yang diterima Akurat.co, Senin (14/3/2022).
“Maka saya menghimbau agar kita bisa lebih berhemat dalam menggunakan BBM dalam kegiatan sehari-hari. Agar beban keuangan kita bisa berkurang akibat naiknya harga BBM,” lanjut dia.
Gunakan Transportasi Umum
Ia menambahkan salah satu upaya penghematan BBM adalah dengan menggunakan transportasi umum. Apalagi, kata Mamit, saat ini transportasi umum sudah berbenah dan mampu memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
Mamit menilai penggunaan moda transportasi umum merupakan upaya agar bisa lebih berhemat dalam menggunakan keuangan, mengingat kondisi transportasi umum saat ini yang relatif nyaman dan memberikan pelayanan yang baik.
“Kita juga bisa membantu pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca. Ingat, kita mempunyai target mengurangi emisi gas karbondioksida sebesar 29 persen pada 2030 yang akan datang,” ucapnya.
Beralih ke Kendaraan Listrik
Lebih jauh Mamit mengatakan upaya pengurangan penggunaan BBM dapat dilakukan dengan beralih ke kendaraan listrik. Selain meminimalisir konsumsi BBM, kendaraan listrik juga menjadi cara membantu PLN dalam meningkatkan konsumsi listrik yang saat ini sedang berlebih.
Namun menurut Mamit, pemerintah tetap memiliki peranan penting untuk mendorong pemanfaatan kendaraan listrik di Indonesia. Selain infrastruktur, pemerintah juga perlu menyesuaikan harga dan desain kendaraan listrik dengan karakter dan kondisi jalan di Indonesia.
“Jika bisa masif, maka ini menjadi salah satu cara dalam meningkatkan konsumsi listrik di masyarakat ditengah suplai listrik yang masih berlebih seperti saat ini,” tuturnya.
Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam menggunakan moda transportasi umum, Mamit meyakini akan membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat untuk membeli BBM.
Tercatat hingga saat ini harga BBM RON 92 di SPBU swasta secara keekonomian sudah berada diangka Rp12.900 per liternya. Belum lagi untuk biaya parkir dan juga biaya tol yang harus di keluarkan.
“Dengan menggunakan moda transportasi umum dan kendaraan listrik, kita bisa berhemat dan juga membantu pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dioksida dalam rangka menjaga udara yang kita hirup bisa lebih bersih dan sehat,” tutup Mamit.[]