NKRIKU, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku dengan posisi neraca perdagangan Indonesia yang surplus maka diharapkan mampu menarik minat investor.
” Salah satu indikator yang mengalami peningkatan dengan ditunjukkan neraca perdagangan Indonesia tetap surplus yaitu batu bara, CPO, dan nikel. Surplus neraca perdagangan terjadi dalam kurun waktu 22 bulan berturut-turut sejak Mei tahun 2020, ” tuturnya dalam Webinar Indonesia Data and Economic (IDE). Pada keterangan resmi, Jumat (8/4/2022).
Ia menjelaskan kredibilitas Indonesia bagi para investor di tahun 2021 semakin membaik dan terlihat dari peningkatan realisasi investasi pada kuartal IV tahun 2021 sebesar 15,2 persen secara y-on-y, serta terlampauinya target investasi yang direncanakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebesar Rp858,5 triliun dengan capaian hingga Rp901,02 triliun.
baca juga:
“ Selain adanya peningkatan indikator ekonomi dan kredibilitas yang baik bagi investor, Indonesia saat ini juga tengah diuntungkan dengan adanya momentum Presidensi G20 Indonesia tahun ini,” jelasnya.
Menurutnya peran Indonesia dalam Presidensi G20 ini diproyeksikan mampu memberi peluang bagi Indonesia dalam memimpin proses pemulihan ekonomi global melalui tiga prioritas utama yaitu kesehatan, digitalisasi ekonomi, dan transisi energi.
“ Peran Presidensi G20 Indonesia dalam membantu Pemerintah mengembangkan perdagangan global. Pengembangan dilakukan dengan berbagai dukungan diantaranya yakni promosi industri sawit berkelanjutan melalui strategi hilirisasi,” lanjutnya.
Ia menjelaskan hilirisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah suatu barang atau komoditas dengan mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
“ Dengan adanya hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditas ekspor di tingkat global dan memperkuat industri manufaktur dalam negeri,” jelas Menko Airlangga.
Tak hanya itu, dukungan lain yang diberikan Pemerintah untuk meningkatkan daya saing komoditas adalah dengan mengembangkan Kawasan Berikat Hortikultura Berbasis Ekspor. Kawasan Berikat tersebut merupakan kombinasi dari penyediaan modal dan teknologi oleh perusahaan serta lahan dan tenaga kerja oleh petani.
“Kombinasi ini dilakukan agar kualitas komoditas yang dihasilkan dapat lebih jauh berdaya saing sehingga mampu menembus pasar internasional,” tambahnya.[]