NKRIKU, Jakarta – Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) tengah menyiapkan pemeriksaan hasil uji vaksin booster setelah enam bulan penyuntikan untuk melawan pandemi Covid-19.
Pemeriksaan itu dilakukan lewat pengambilan sampel darah dari para sukarelawan. “Waktunya sekitar Juni hingga Juli,” kata ketua tim Eddy Fadlyana, Senin, 23 Mei 2022.
Sementara ini orang yang telah mendapat vaksin primer dua kali dengan dosis penuh masing-masing 0,5 mililiter dan vaksin booster setengah dosis memiliki antibodi yang lebih panjang. “Diperkirakan mungkin lebih dari enam bulan atau mungkin satu tahun,” ujarnya.
Pembuktian dugaan itu yang kini tengah disiapkan tim riset bekerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) Australia.
Riset uji vaksin booster setengah dosis itu dimulai pada awal Desember 2021. Sejauh ini pengujian vaksin booster itu baru diketahui hasilnya setelah satu bulan penyuntikan. “Antibodinya meningkat, terus reaksi ikutan atau efek sampingnya lebih kecil,” kata Eddy pada 13 Januari lalu. Hasil itu kemudian dipakai untuk kebijakan pemerintah untuk menggelar vaksinasi booster setengah dosis pada Januari 2022.
Pemerintah menggunakan strategi vaksinasi booster yang berbeda jenisnya dari yang primer. Menurut Eddy, berdasarkan penelitian di luar negeri, metode heterologous atau pemberian vaksin yang berbeda dengan dua suntikan sebelumnya dinilai lebih bagus. Alasannya karena antibodinya jadi lebih luas dan jangkauan ke berbagai strain virus lebih bagus berdasarkan hasil di mancanegara.
Pada riset ini, tim melibatkan 1.500 orang relawan. Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebanyak 900 orang direkrut di Jakarta, sementara 600 orang lain di Bandung. Pengujian melibatkan tiga vaksin, yaitu dari Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer. Kelompok relawan penerima vaksin ada yang diberi dosis penuh 0,5 mililiter, dan setengahnya atau 0,25 mililiter.
Setelah pemeriksaan enam bulan, selanjutnya 12 bulan setelah penyuntikan vaksin booster. “Nanti baru dibikin kesimpulannya apakah perlu booster berikutnya enam atau 12 bulan lagi,” kata Eddy. Laporan hasil riset itu akan diberikan ke WHO untuk pengambilan kebijakan secara global.
Baca:
Uji Vaksin Booster di Indonesia, Ini Sebab Hasilnya Sangat Ditunggu Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.